Memang banyak faktor yang mempengaruhi keselamatan berkendara, salah satunya adalah etika berkendara. Dimana faktor etika berkendara ini memegang faktor yang sangat penting dalam keselamatan berkendara disamping faktor-faktor yang lain. Namun sayangnya tidak semua pengendara di jalan raya tidak memiliki etika berkendara yang baik. Terbukti dengan masih banyaknya pengendara yang sruntulan, tidak mematuhi peraturan lalu lintas bahkan masih terkesan ‘sak karepe dewe’. Apa mungkin oknum pengendara seperti itu lupa, jika jalan raya sebagai fasilitas umum itu bukan milik pribadi mereka namun adalah milik bersama. Seandainya pun terjadi sesuatu dengan dirinya di jalan raya, yang susah juga bukan hanya dirinya. Malahan sangat besar kemungkinan merugikan orang lain akibat etika berkendara yang buruk.
Tag Archive: Safety Riding
Kalau kemarin mas ya2kzzz posting tentang artikel yang bercerita penyeberang jalan yang sruntulan. Sekarang saya terbitkan artikel kalau penyeberang jalan juga punya hak. Jangan karena mereka cuma berjalan kaki terus kita yang naik kendaraan dengan sesuka hati merenggut hak mereka. Seringkali saya menemui pengendara motor khususnya seakan tak mau mengalah terhadap penyeberang jalan. Padahal penyeberang jalan juga menyeberang di tempat yang telah ditentukan, yang lebih mirisnya lagi penyebrang jalan ini padahal juga sudah dibantu Satpam.
Mungkin kawan pernah ingat jika kita kembali ke beberapa tahun yang lalu, dimana kala itu helm “cebok (isitilah Jawa Timur)” sedang ngetrend-ngetrendnya. Bahkan orang yang memakai helm standard half face bisa dibilang sebagai “orang tua” ataupun jadul dan ketinggalan jaman. Helm “cebok” kala itu identik dengan anak muda yang katanya “gaul” dan trendy. Bukan cuma helm saja, coba kita mengingat kembali lagi penggunaan kaca spion pada motor. Kala itu motor dengan spion 2 lengkap terpasang di motornya, sudah bisa dipastikan motor “orang tua”. Sekali lagi anak muda kali itu lebih senang memakai spion 1 yang terpasang di motornya. Bahkan yang lebih tragisnya lagi malah tak memakai kaca spion sama sekali. Motor dengan spion lengkap, sering kali di cemooh di kalangan anak muda. Yang kuno lha, yang seperti orang tua dan berbagai cemoohan lain yang keluar akibat penggunaan spion lengkap dan helm standard.
Bro/sist sekalian yang berbahagia, alhamdulillah sabtu 18 Februari 2012 Jatimotoblog melakukan kegiatan kampanye dan sosialisasi Safety Riding ke sekolah. Kenapa kita memilih sekolah sebagai sasarannya? Satu hal yang menurut kami paling utama adalah karena berdasar fakta yang ada, kecelakaan yang terjadi sebagian besar melibatkan usia produktif 15 s.d. 29 tahun. Dan terlebih lagi melakukan sosialisasi menurut kami sangat penting untuk anak usia belajar. Tak ada salahnya sekali bagi kita untuk memberikan pengetahuan keselamatan berkendara sejak dini.
Selamat pagi kawan semua, kali ini HRM ingin share saja dengan pembaca semua. Artikel ini saya buat atas opini pribadi HRM saja, dan pastinya tanpa memandang sebelah mata dan mendiskreditkan cara berkendara kaum hawa. Memang tidak semua kaum hawa memiliki teknik berkendara yang minim, namun hampir sebagian besat kaum hawa yang HRM temui di jalan tiap harinya memiliki teknik berkendara yang sangat minim. Kadang memang ada anggapan-anggapan yang keliru yang dipahami seorang pengendara motor cewek.
Alhamdulilah, ternyata sudah ada tindakan nyata dari pemerintah tentang Safety Riding masuk ke kurikulum sekolah. Masih ingat dengan postingan HRM yang berharap, safety riding bisa masuk dalam kurikulum pendidikan sekolah menengah. Disitu HRM berharap sekali kalau Safety Riding ini bisa dimasukkan dalam kurikulum sekolah, karena kalau kita amati lebih lanjut. Banyak mungkin terjadi di sekitar anda, bagaimana kecelakaan terjadi yang melibatkan anak usia sekolah menengah. Entah SMP ataupun SMA, coba saja kalau sejak dini mereka sudah dibekali dengan pengetahuan tentang keselamatan berkendara. Tentunya hal ini sedikit banyak dapat mengurangi angka kecelakaan di jalan.
Ada hal yang menarik perhatian HRM ketika di jalan raya. Seorang bapak, membonceng anaknya terus melanggar lalu lintas dengan jalan melawan arah. Piye toh bapak ini??? Sudah melanggar lalu lintas, bonceng anaknya lagi. Yang bikin miris, anak bapak tersebut terbilang masih kecil banget mas bro. Wew, dasar nih bapak, ga mikir apa ya? Sudah bonceng anak kecil terus melanggar, lha misal terjadi sesuatu hal yang tidak diingingkan misal kecelakaan, terus nasib bocah malang ini bagaimana. Toh yang salah bapaknya, pakai melanggar lalu lintas segala.
Memang sih segala sesuatu kalau sudah berhubungan dengan yang namanya safety mau ga mau pasti juga akan berhubungan dengan ribet. Ya namanya saja mau selamat, toh juga akan dibenturkan dengan segala macam peralatan guna menunjang keamanan itu sendiri. Contoh mudah saja di sekitar kita, kalau kita mau lingkungan kita aman, entah itu dari maling rampok atau bahkan mungkin kebakaran kita pasti akan direpotkan dengan ronda malam dan semacamnya. Pengen motor aman, ya harus mau repot ngunci motor, baik satu ataupun lebih kuncinya. Makin banyak kunci makin aman. Di pabrik yang menggunakan standarisasi K3 pasti juga akan berlaku hal yang sama, seperti mewajibkan memakai helm dll. Toh juga setiap pabrik pasti memiliki standarisasi keamanan sendiri², yang ujung²nya karyawan direpotkan dengan berbagai macam aturan keselamatan.
Miris memang setelah membaca koran terbitan Surabaya Post beberapa waktu kemarin, bagaimana tidak di situ dijelaskan 90% kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh Human Error atau akibat ulah dari manusia itu sendiri. Kalau kita analisa lebih jauh lagi hal ini terjadi memang bukan lain karena perilaku manusia itu sendiri dalam berkendara. Memang banyak sekali faktor human error yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan ini. Dan salah satunya HRM yakin karena perilaku pengendara yang kurang memperhatikan pentingnya faktor keselamatan berkendara. Padahal seringkali dalam artikel HRM yang berkaitan dengan safety riding ini selalu saja mengungkapkan bahwa faktor yang satu ini mutlak penting adanya. Dan akan sangat berpengaruh besar bagi keselamatan kita saat berkendara.
Baca lebih lanjut
- Tampil apa adanya, dan seminimalis mungkin itulah saya dulu. Entah saking sederhananya atau mungkin lebih ke malas berpenampilan sampai akhirnya terbawa pula dalam gaya berkendara. Seringkali saya mengendarai motor dengan perlengkapan ala kadarnya, dan mengesampingkan kesan safety. Yang penting bagi saya dulu adalah yang penting selamat sampai tujuan, kalau celaka berarti apes. Dulu dengan hanya berbekal, Kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, plus helm standard half face dan tak lupa riding style yang sruntulan bisa nyampe ke luar kota. Seperti contoh gambar di atas, itulah sekilas gambaran masa lalu saya yang pernah menjadi “4L4Y”.